Apakah Blog yang Anda kunjungi saat ini cukup bermanfaat atau memberikan informasi baru bagi Anda?

W.E.L.C.O.M.E

Selamat datang... Semoga mendapatkan informasi atau suatu hal baru yang dapat memberikan pencerahan bagi kita semua.. Silahkan tinggalkan pesan atau komentar jika ada masukan atau hal yang dirasa kurang, guna kebaikan kami di masa datang.. Salam Hangat, Adib..

Searching for...

Rabu, 03 November 2010

Adler

Psikologi Individual
Alfred Adler


Psikologi Individual menggambarkan pandangan optimis akan manusia yang bersandar pada gagasan Minat Sosial (social interest), yaitu perasaan menyatu dengan semua umat manusia.
Beberapa perbedaan konsep Adler dengan teori Freud, antara lain:
Motivasi utama seseorang berperilaku adalah untuk mencapai superioritas atau keberhasilan, bukan seksual & agresi.
Perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan masa depan, bukan akibat dari pengalaman di masa lalu.
Manusia yang sehat secara psikologis biasanya sadar dengan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya, bukan didominasi oleh ketidaksadaran.

Adler dan Freud sama-sama mempunyai pengalaman meninggalnya adik laki-laki mereka. Freud dengan mekanisme tidak sadarnya sangat berharap adiknya meninggal, dan ketika adiknya benar-benar meninggal ia dipenuhi rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, dan berlangsung hingga dewasa. Sedangkan Adler, melihat kematian adiknya juga penyakit yang ia alami sewaktu kecil bukan hal yang menakutkan, tetapi tantangan baginya untuk menaklukkan kematian. Hal inilah yang kemudian memotivasinya untuk memutuskan menjadi dokter. Tujuan utamanya pada usia 5 tahun saat adiknya meninggal adalah menaklukkan kematian, dan hal ini dapat dicapai dengan menjadi dokter (Feist & Feist, 2010).

Menurut Adler, manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan Inferior. Hal inilah yang memotivasi seseorang untuk berjuang ke arah superioritas. Selain itu, dengan perasaan inferior juga membuat seseorang menjadi tergantung pada orang lain sehingga mengembangkan Minat Sosialnya.

Prinsip utama teori Adler (Adler dalam Feist & Feist, 2010):
1. Kekuatan utama dibalik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas (striving for succes or superiority).
Perasaan inferior ini memotivasi seseorang untuk meraih superioritas atau kesuksesan. Tidak sehat secara psikologis jika hanya berjuang untuk memperoleh superioritas pribadi. Individu yang sehat secara psikologis mencari keberhasilan untuk semua umat manusia.
Kesuksesan adalah sebuah tujuan akhir yang ingin dicapai semua orang. Tujuan akhir ini tidak ditentukan secara genetis, melainkan produk dari daya kreatif manusia untuk membentuk dan menciptakan perilaku mereka sendiri.
Tujuan akhir dapat nampak jelas sebagai suatu hal yang disadari, atau sebaliknya sebagai manifestasi dari ketidaksadarannya. Seorang anak yang terlalu dimanja atau diabaikan, maka sebagian besar tujuan akhir mereka terletak di ketidaksadaran. Sebagai contoh seorang anak perempuan yang sangat manja adalah manifestasi ketidaksadarannya untuk mendapatkan pengakuan dan berlindung di balik sosok ibu yang kuat. Sebaliknya, anak yang dibesarkan dengan menerima cinta dan rasa aman akan menyadari cara mencapai tujuan akhirnya. Misalnya ketika ia ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan, maka ia harus belajar yang rajin, jadi anak yang penurut, atau rajin beribadah.
Manusia secara terus menerus didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi perasaan inferior dengan berjuan untuk mencapai superioritas. Daya juang itu sendiri merupakan bawaan, tetapi sifat dan arah daya juang itu ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan untuk meraih keunggulan. Tanpa daya bawaan, seseorang tidak akan pernah merasa inferior, yang tentunya tanpa adanya perasaan inferior ini tidak akan ada tujuan untuk meraih superioritas.
Meskipun berjuang untuk memperoleh keberhasilan adalah bawaan, tetapi hal ini tetap perlu untuk dikembangkan.
Keberhasilan adalah konsep yang dibuat secara individu dan setiap orang memiliki definisinya masing-masing mengenai keberhasilan.
Daya kreatif dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan menentukan potensi, sedangkan faktor lingkungan berperan pada perkembangan minat sosial dan keteguhan.

2. Persepsi subjektif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya.
Sikap juang seseorang ditentukan oleh persepsi subjektifnya akan kenyataan, yakni harapan/fiksi akan masa depan.
Tujuan meraih superioritas atau keberhasilan, menuntun gaya hidup kita dan menyatukan kepribadian kita.
Anggapan bahwa “Pria lebih superior dibanding wanita”, meskipun gagasan ini fiksi namun banyak orang baik pria maupun wanita bertindak seolah-olah hal ini nyata.
Contoh yang lain yakni kepercayaan kepada Tuhan YME yang memberi imbalan kepada perbuatan baik dan menghukum yang berbuat jahat. Hal inilah yang menuntun tindakan jutaan orang yang mempercayainya, terlepas dari hal ini benar atau salah.
Konsep inilah yang membedakan dengan Freud, dimana ia melihat perilaku menusia dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya, sedangkan menurut Adler dipengaruhi oleh persepsi seseorang akan masa depan.

3. Kepribadian itu menyatu (unified) dan konsistensi diri (self-consistent).
Psikologi individual menekankan bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan. Penekanannya pada kesatuan fundamental dari kepribadian dan gagasan bahwa perilaku yang tidak konsisten itu tidak ada.
Adler mengenali beberapa cara dimana keseluruhan diri manusia berfungsi dengan kesatuan dan self-consistency salah satunya adalah dengan melihat bahasa organ. Bahasa organ menunjukkan adanya gangguan pada salah satu bagian tubuh atau kelemahan suatu organ tubuh, memperlihatkan arah dari tujuan seseorang. Misalnya seorang pria yang menderita rheumatoid arthritis, dengan cara berjalan yang kaku seolah ingin mengatakan bahwa “lihatlah kecacatan pada diri saya”. Meskipun ia tidak bersuara, tapi dari bahasa organ yang ia tampakkan menunjukkan bahwa ia bertujuan ingin mendapatkan simpati dari orang lain.

4. Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial (social interest).
Maknanya adalah perasaan menjadi satu dengan umat manusia, menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas sosial seluruh manusia.
Minat Sosial adalah sikap ketertarikan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat. Minat sosial ini termanifest dalam bentuk kerjasama dengan orang lain untuk kemajuan sosial daripada keuntungan pribadi.
Inferioritas alamiah dari manusia menyebabkan mereka mengikatkan diri bersama-sama untuk membentuk masyarakat.
Minat sosial bersumber dari hubungan ibu dan anak selama bulan-bulan pertama masa kanak-kanak. Tugas ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan yang mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak dan membantu berkembangnya minat bekerja sama.
Hubungan kasih yang sehat ini berkembang dari perhatian yang tulus untuk anaknya, suaminya dan orang lain. Lebih mendahulukan anak daripada ayah, maka anak akan manja. Sebaliknya, jika ibu lebih mendahulukan suami dan orang lain, maka anak akan merasa diabaikan.
Ayah adalah orang penting kedua yang membantu terbentuknya minat sosial. Idealnya ayah bekerjasama dengan ibu dalam kedudukan yang sama untuk memperhatikan dan memperlakukan anaknya sebagai manusia. Keberhasilan ayah akan menghindarkan dari dua kesalahan, yakni keterlepasan emosional (anak membentuk pengertian yang salah tentang minat sosial, merasa terabaikan, keterikatan yang bersifat parasit kepada ibu) dan autoritarianisme orang tua (melihat ayahnya sebagai seoran yang berjuang meraih kesusksesan & sperioritas pribadi).
Minat sosial ini sebagai ukuran kesehatan psikologis seseorang, perasaan tidak lengkap yang wajar dan tingkat minat sosial yang tinggi. Sebaliknya, individu yang tidak sehat secara psikologis mengembangkan perasaan inferior yang dilebih-lebihkan, dan berusaha mengatasi perasaan ini dengan menetapkan tujuan untuk meraih superioritas pribadi.

5. Struktur kepribadian yang self-consitent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang.
Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia.
Gaya hidup adalah hasil interaksi antara keturunan, lingkungan dan daya kreatif yang dimiliki.
Gaya hidup terbetuk dengan baik ketika mencapai umur 4-5 tahun.
Manusia dengan gaya hidup yang sehat dan bermanfaat secara sosial menunjukkan minat sosial mereka melalui tindakan. Mereka secara aktif berusaha mencari penyelesaian dari tiga masalah utama yang disebutkan Adler (kasih, cinta secara seksual & pekerjaan), denga bekerjasama, keteguhan hati, dan kerelaan untuk memberikan kontribusi demi kesejahteraan orang lain.

6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif (creative power) manusia.
Adler percaya bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri. Setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri, dan bagaimana mereka berperilaku.
Daya kreatif yang mereka miliki membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan, dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka.
Manusia adalah makhluk kreatif yang tidak hanya bereaksi terhadap lingkungan, namun juga melakukan tindakan atasnya dan menyebabkan lingkungan bereaksi terhadap mereka.
Faktor keturunan sebagai potensi (bata & palu), rancangan arsitekturnya menggambarkan gaya hidup.
Hal yang terpenting adalah bukan apa yang ada dalam diri seseorang, tetapi bagaimana seseorang bisa menggunakan semua hal yang ada dalam dirinya.
Orang yang sehat secara psikologis dapat memecahkan segala masalah yang dihadapinya dengan baik.


PERKEMBANGAN ABNORMAL
Psikopatologi berasal dari kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang.
Orang-orang yang neurotik cenderung :
1. Menetapkan tujuan yang terlalu tinggi.
2. Hidup dalam dunianya sendiri.
3. Mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatis.
Hal di atas terjadi karena perasaan inferiornya yang berlebihan, maka individu yang neurotis berusaha untuk mengatasi perasaan inferiornya dengan memfokuskan perhatiannya pada diri, akibatnya minat sosial dan kepeduliannya terhadap lingkungan kurang berkembang.

Faktor eksternal yang menyebabkan ketidakmampuan menyesuaikan diri, al:
Kelemahan fisik yang berlebihan, baik karena faktor bawaan maupun karena kecelakaan, menakibatkan timbulnya perasaan inferior yang menonjol.
Gaya hidup manja, yang membuat individu selalu berharap orang lain merawat, melindungi, dan memuaskan kebutuhan mereka, tanpa memikirkan orang lain.
Gaya hidup terabaikan, yang menyebabkan anak-anak memiliki perasaan tidak dicintai dan diabaikan.
Kecenderungan untuk Melindungi (safeguarding mechanism), adalah pola perilaku untuk melindungi perasaan berlebihan akan harga diri mereka terhadap rasa malu di muka umum. Konsep Adler yang serupa dengan Defendse Ego Mecanism (Freud), tetapi dilakukan secara sadar dan hanya pada situasi tertentu. Terdiri dari:
- Membuat alasan (Yes.., but...)
- Agresi (depresiasi, dakwaan, mendakwa diri sendiri)
- Menarik diri (bergerak mundur, berdiam diri, keragu-raguan, membangun penghalang)


PENERAPAN PSIKOLOGI INDIVIDUAL

1. Konstelasi Keluarga
Urutan kelahiran, gender dari saudara kandung, dan usia yang terbentang antara mereka, berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang.
Anak Sulung, cenderung memiliki perasaan berkuasa, superioritas yang kuat, kecemasan tinggi, serta cenderung over protected. Anak sulung memiliki posisi yang unik sebab sempat menjadi anak tunggal sampai adiknya lahir. Jika adik lahir setelah ia berumur tiga tahun atau lebih, maka ia akan menggabungkan peristiwa ini ke dalam gaya hidupnya yang sebelumnya. Jika gaya hidup yang terbentuk lebih berpusat pada diri (self centered) maka kemungkinan besar akan merasakan permusuhan dan kemarahan kepada bayi yang baru lahir. Sebaliknya, jika gaya hidupnya lebih berfokus ada minat sosial maka ia akan dapat bekerjasama dan menunjukkan sikap yang baik terhadap adiknya. Jika adik lahir sebelum berusia tiga tahun, maka permusuhan dan kemarahan akan terjadi secara tidak sadar, yang membuat sikap-sikap ini sulit diubah di kehidupan selanjutnya.
Anak ke dua membentuk kerjasama dan minat sosial. Kepribadiannya dibentuk oleh persepsinya terhadap sikap anak sulung terhadap mereka. Jika sika yang ditunjukkan anak sulung adalah permusuhan dan balas dendam yang berlebihan, maka anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif atau sangat berkecil hati. Sebaliknya, jika ia tumbuh dengan daya saing yang cukup serta keinginan sehat untuk mengalahkan saingannya yang lebih tua, maka ia akan membentuk sikap yang revolusioner dan menganggap bahwa setiap otoritas dapat ditantang.
Anak Bungsu, paling dimanja, inferior yang kuat, kurang mandiri, dan memiliki resiko tinggi menjadi anak yang bermasalah. Meskipun demikian, mereka juga memiliki motivasi yang tinggi untuk melebihi kakak-kakaknya.
Anak Tunggal, posisi yang unik dalam hal daya saing yakni tidak dengan saudaranya tetapi dengan ayah ibunya. Hidup dalam dunia orang dewasa, membuat mereka memiliki superioriras yang tinggi, konsep diri yang besar. Anak tunggal kurang memiliki sifat kerjasama dan minat sosial, bersikap parasit, mengharapkan orang lain untuk memanjakan dan melindungi mereka.
Interpretasi anak lebih penting daripada posisi kronologis mereka. Urutan/ posisi kelahiran bukan yang utama menentukan karakter seseorang, tetapi bagaimana interaksi antar saudara.

2. Ingatan Masa Kecil
Adler selalu meminta pasiennya untuk mengungkapkan Ingatan Masa Kecil guna mendapatkan pemahaman tentang kepribadian pasien. Ingatan yang diungkapkan kembali akan memberikan petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien.
Seseorang mengkonstruksikan peristiwa-peristiwa untuk membuat dirinya konsisten dengan tema atau pola yang berlangsung dalam kehidupannya.
Ingatan masa kecil selalu konsisten dengan gaya hidup seseorang pada saat ini, dan menghasilkan pemahaman tentang tujuan akhir dan gaya hidup.
Pasien-pasien yang memiliki kecemasan tinggi, ingatan masa kecilnya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan timbulnya kecemasa dan rasa takut, seperti kecelakaan, kehilangan orang tua, atau pengalaman diganggu oleh anak-anak lain. Sebaliknya, orang yang percaya diri cenderung mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan dengan orang lain.
Pengalaman masa kecil tidak menentukan gaya hidup seseorang, tetapi ingatan akan pengalaman masa kecil sesungguhnya dibentuk oleh gaya hidup yang dijalaninya.

3. Mimpi
Mimpi tidak dapat meramalkan masa depan, tetapi dapat memberikan petunjuk untuk mengatasi masalah di masa depan.
Setiap interpretasi mimpi, seharusnya bersifat sementara, dan terbuka untuk diinterpretasi ulang.
Kebanyakan mimpi itu bersifat menipu dan tidak mudah dipahami oleh si pemimpi. Semakin tidak konsisten tujuan seseorang dengan realitas, semakin besar kemungkinan mimpi orang tersebut digunakan untuk mengecoh diri. Ex: seorang yang berambisi menjadi figur militer yang penting, tetapi ia hidupnya sangat bergantung pada orang lain. Maka mungkin ia akan bermimpi terbang ke langit tetapi diangkat oleh seseorang atau ditembakkan oleh meriam. Sebaliknya, jika yang berambisi orang yang mandiri dan memiliki keberanian yang tinggi, maka ia mungkin akan bermimpi dapat terbang dengan bebas di angkasa.

4. Psikoterapi
Psikopatologi berasal dari kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang.
Tujuan utama psikoterapi adalah untuk meningkatkan keberanian, memperkecil perasaan inferior, dan menumbuhkan minat sosial.
“Setiap orang bisa mencapai segala hal.”
Sikap yang baik dan peduli yang diekspresikan terapis akan mendorong pasien untuk memperluas minat sosial mereka dalam tiga area masalah kehidupan, cinta seksual, pertemanan, dan pekerjaan.
Adler meberikan terapi pada anak-anak bermasalah di depan orangtua, tenaga keehatan, atau guru mereka, dengan anggapan bahwa masalah mereka adalah juga masalah komunitas.
Adler berhati-hati untuk tidak menyalahkan orangtua atas perilaku anak yang salah.
Adler menmpatkan dirinya sebagai teman kerja yang menyenangkan (congenial coworker), menahan diri dari khutbah moral, dan menjunjung tinggi pada hubungan antar manusia.


REFERENSI
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Boeree, G. 2005. Personality Theories. Terjemahan: Muzir, dkk. Yogyakarta: Primashopie.
Hall, C & Lindzey, G. 1995. Teori Sifat Behavioristik. Editor : A. Supratiknya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Feist, J & Feist, G.J. 2010. Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta: Salemba Humanika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar