ORANG YANG MATANG
Gordon Allport
Allport berfokus pada segala hal yang disadari. Orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar. Individu-individu yang sehat berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi dan antisipasi ke arah masa depan.
Orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak, sebaliknya kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda lebih tinggi.
MOTIVASI PADA PRIBADI YANG SEHAT
Motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif pada masa kanak-kanak.
Segi sentral dari kepribadian kita adalah intensi-intensi kita yang sadar dan sengaja, yakni harapan-harapan, aspirasi-aspirasi, dan impian-impian. Tujuan-tujuan itu mendorong kepribadian yang matang dan memberi petunjuk yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang.
Kepribadian sehat mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kendati mungkin seseorang ditimpa oleh masalah-masalah dan konflik-konflik, kepribadiannya dalam arti tertentu dapat menjadi utuh dengan mengintegrasikan semua seginya untuk mencapai tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Manusia didorong pertama-tama untuk mereduksikan tegangan-tegangan, menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada tingkat yang paling rendah, dan denga demikian menjaga suatu keadaan keseimbangan homeostatis.
Orang yang sehat ingin memiliki banyak tegangan daripada reduksi tegangan hidup. Mengutif yang dikatakan Allport: sesudah pulang dari bekerja, seseorang lapar dan lelah serta membutuhkan makanan dan istirahat. Tetapi apabila orang itu telah makan dan istirahat, selanjutnya apa lagi? Apabila orang itu sehat, maka ia membutuhkan aktivitas baru dan mulai mengerjakan suatu kegemaran, membaca sebuah buku yang membangkitkan semangat, atau pergi ke luar pada malam hari.
Hanya melalui pengalaman-pengalaman dan risiko-risiko yang menimbulkan tegangan baru ini, manusia dapat bertumbuh.
Orang yang sehat didorong ke depan oleh suatu visi masa depan, dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Kebahagiaan bukan merupakan suatu tujuan dalam dirinya sendiri, tetapi kebahagiaan dapat merupakan hasil sampingan dari keberhasilan integrasi kepribadian dalam mengejar aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan.
Tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai. Tujuan terakhir menarik orang dari salah satu subtujuan ke subtujuan yang lain, tetapi tetap selalu dalam masa depan yang tidak dapat dijangkau sampai mati atau sama seperti halangan dari suatu hambatan untuk dapat diatasi.
Mungkin beruntung jika tujuan-tujuan kita yang terakhir tidak pernah tercapai sepenuhnya, karena jika tercapai sepenuhnya maka kita tidak akan memiliki lagi suatu kekuatan pendorong untuk mengarahkan kehidupan kita. Kita butuh mengembangkan motif baru untuk mengganti motif lama supaya kepribadian tetap sehat.
Orang yang matang dan sehat terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan energi-energinya. Orang yang sehat dan matang ini tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai.
“DIRI” DARI ORANG YANG SEHAT.
Konsep”diri” (self) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraa tentang kepribadian yang sehat.
Proprium merujuk pada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Proprium terdiri dari hal-hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai pribadi yang unik.
Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep proprium.
1. Diri (jasmaniah). Dimana bayi mulai membedakan antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia mulai memegang benda, melihat orang yang ada di sekitarnya, mendengarkan, membuat ia mampu membedakan bagian dari dirinya dengan luar diri.
2. Identitas Diri. Anak mulai mempelajari namanya, bayangan dalam cermin hari ini, esok dan seterurnya adalah tetap wujud dirinya. Segi yang paling penting dari identitas diri adalah nama orang. Nama menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
3. Harga Diri. Anak mulai belajar mengerjakan sesuatu atas usahanya sendiri, ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaska perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki, maka perasaa harga diri yang timbul dapat dirusakkan, akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
4. Perluasan Diri (self extension). Anak sudah mulai menyadari orang-oran lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mulai berbicara tentang “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya.
5. Gambaran Diri. Bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. gambaran ini berkembang dari interaksi antara orang tua dengan anak. Dengan mempelajari harapan-harapan orang tua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
6. Diri sebagai Pelaku Rasional. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah, serta hal yang paling penting adalah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
7. Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, sangat berbeda dengan identitas diri pada usai 2 tahun. Pertanyaan “siapakah saya” adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas diri adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini adalah untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan, dan impian jangka panjang.
Suatu kegagalan atau kekecewaan hebat pada setiap tingkat, melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat itu. Pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan kepribadian yang sehat.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Kepribadian dewasa lebih merupakan fungsi dari masa sekarang dan masa yang akan datang daripada masa lampaunya.
Allport sangat memperhatikan hubungan antara bayi dengan ibunya, khususnya dengan intensitas keamanan dan kasih sayang yang diberikan ibu terhadap anaknya. Sebaliknya, jika ibu tidak cukup memberikan kasih sayang dan rasa aman yang cukup maka anak akan mengembangkan perasaan tidak aman, agresif, suka menuntut, iri hati, egosentris.
KRITERIA KEPRIBADIAN YANG MATANG
1. Perluasan Perasaan Diri
Orang menjadi matang ketika ia mulai mengembangkan perhatian-perhatiannya pada hal-hal di luar dirinya, tidak lagi seperti anak-anak yang hanya memusatkan perhatiannya pada diri sendiri. Seseorang dikatakan telah mengalami perluasan diri ketika ia telah mampu berpartisipasi langsung dan penuh dalam pekerjaan atau aktivitas yang dilakukannya. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Aktivitas haruslah sesuatu yang penting bagi diri dan berarti bagi individu tersebut. Apabila kita menganggap pekerjaan kita penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan kita, maka kita mengerjakan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya, kita merasa nyaman dengan pekerjaan ini, maka kita termasuk orang yang otentik dalam pekerjaan kita. Semakin seseorang terlibat penuh dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia juga semakin sehat secara psikologis.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Alport membedakan ke dalam dua hal, yakni kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperhatikan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka memberi cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang tidak bersifat imbal balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, kegagalan-kegagalan, ketakutan-ketakutan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imaginatif” dari perasaan orang itu sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya. Pibadi yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemaha-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.
3. Keamanan Emosional
Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi kehidupan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelamahan-kelemahan dan kekurangan tersebut. Pribadi yang sehat mampu mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi itu tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antar pribadi. Kontrol ini bukan berarti represi, tetapi emosi diarahkan kembali ke dalam saluran yang lebih konstruktif. Sebaliknya, orang yang neurotis akan menyerah pada emosi apa yang sedang dominan pada saat itu. Orang yang sehat tidak berarti bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut dengan lebih baik daripada orang-orang yang neurotis.
4. Persepsi Realitas
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang yang neurotis kerap kali harus mengubah realitas supaya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Pribadi yang sehat tidaklah cukup mempunyai keterampilan-keterampilan yang relevan, melainkan ia harus mampu menggunakan keterampilan-keterampilannya itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan yang dijalaninya. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Ia mampu memahami gambaran dirinya sesuai dengan keadaan diri yang sesungguhnya. Semakin dekat jarak antara gambaran diri yang ideal dengan keadaan yang sesungguhnya, maka semakin sehat pribadi itu. Orang-orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran tentang diri yang objektif. Orang yang sehat memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi, tidak mungkin memproyeksikan kualitas diri yang negatif kepada orang lain.
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Mustahil memiliki kepribadian yang sehat tanpa memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Nilai-nilai sangatlah penting bagi perkembangan filsafat hidup yang mempersatukan. Individu dapat memilih diantara berbagai nilai, mungkin berhubungan dengan diri sendiri, atau mungkin nilai yang banyak dipakai oleh orang lain. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat dari orang yang neurotis.
Referensi : Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Terjemahan: Yustinus. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.