Ilmu yang mempelajari reaksi pribadi yang sakit/ terganggu/ menyimpang.
Salah satu cabang dari psikologi yang berupaya memahami pola perilaku abnormal (deskripsi dan penyebab) serta bagaimana mengatasinya (terapi).
Tingkah laku abnormal merupakan manifestasi dari fungsi-fungsi psikologis yang terganggu.
Segala hal yang berkaitan dengan gangguan fungsi psikologis (ex. gang. Emosi) & perilaku dimasukkan dalam gangguan psikologis (psychological disorder) atau gangguan mental (mental disorder).
Gangguan Psikologis lebih sering digunakan, karena:
o Mempelajari perilaku abnormal secara tepat dalan jangkauan dan sudut pandang psikologis.
o Gangguan mental (mental disorder) mengacu pada perspektif model medis (biologis), yang menganggap bahwa perilaku abnormal merupakan simtom dari penyakit atau gangguan yang mendasarinya.
o Gangguan mental menekankan perbedaan yang kuat antara dimensi fisik dan mental, padahal sebenarnya tubuh terdiri dari keduany dan saling mempengaruhi.
Apakah jika disebut abnormalitas juga dapat disebut gangguan psikologis?
PERPEKTIF HISTORIS TENTANG GANGGUAN ABNORMAL
1. Model Demonologi
Arkeolog menemukan lubang sebesar telor pada tengkorang manusia.
Perilaku abnormal merefleksikan serbuan/ invasi dari roh-roh jahat.
Lubang di atas ditujukan untuk jalan agar roh-roh yang marah dapat keluar.
Threpination untuk membatasi agar masyarakat berperilaku baik.
Model ini mengaitkan perilaku abnormal dengan supranatural atau hal-hal gaib.
Babylonia : perjalanan bintang dan planet ditentukan oleh perjalanan dan konflik dari para dewa.
Yunani Kuno : dewa-dewa memperlakukan mereka seperti mainan, jika dewa marah maka terciptalan bencana alam bahkan ketidakwarasan.
Orang yang berperilaku abnormal dimasukkan ke dalam kuil untuk dipersembahkan kepada dewa Aesculapius (penyembuh).
2. Asal Mula Model Medis: dalam “Cairan Tubuh Manusia Memicu Penyakit”.
Hipocrates (460 SM) bapak ilmu kedokteran, meyakini bahwa perilaku abnormal terjadi karena ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
Orang yang tidak bertenaga atau lambat diyakini memiliki kelebihan lendir (plegm)
Kelebihan cairan empedu hitam diyakini menyebabkan depresi atau melankolia.
Terlalu banyak cairan darah menimbulkan disposisi sanguinis: ceria, percara diri, optimis.
Kelebihan cairan empedu kuning membuat orang-orang menjadi muram dan koleris (cepat marah).
Meskipun teorinya sudah tidak lagi dianut, Hipocrates berhasil menyangkal pendekatan demonologis dan menggolongkan perilaku abnormal ke dalam tiga bagian, yakni:
o Melankolia untuk menandai depresi yang berlebihan.
o Maniak untuk mengacu pada kegembiraan yang berlebihan.
o Frenitis (peradangan otak) untuk menandai bentuk perilaku yang aneh, yang mungkin saat ini disebut schizofrenia.
3. Zaman Pertengahan (475-1450M)
Setelah kepergian Galen, doktrin akan kekuatan supranatural sebagai penyebab perilaku abnormal dikuatkan kembali oleh Gereja Katolik Roma.
Upaya penanganan dengan Upacara Pengusiran Roh Jahat.
Metodenya: berdo’a, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul dan mencambuk.
Jika tak kunjung sembuh, disiksa dengan alat yang sangat menyakitkan, dengan harapan si penderita dapat termotivasi untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan masyarakat.
4. Ilmu Sihir (akhir abad 15 - akhir abad 17)
Perempuan-perempuan yang dituduh sebagai penyihir disiksa dan dibunuh, karena dianggap meracuni hasil panen atau memakan bayi-bayi mereka.
Ada panduan untuk menyelidiki orang-orang yang dicurigai sebagai penyihir. Lebih dari 100.000 penyihir dibunuh pada 2 abad berikutnya.
Tes “diagnostik” dengan menenggelamkan orang yang dicurigai (logam murni).
Akademisi modern meyakini bahwa “penyihir” yang meyakini diri mereka dapat terbang, atau berhubungan dengan iblis, benar adanya dan ini merupakan fenomena psikologis yang dikenal sebagai halusinasi pada gangguan schizofrenia.
5. Rumah Sakit Jiwa (akhir abad 15 - awal abad 16)
RSJ atau penampungan orang gila menjamur di Eropa, juga bekas Leprosarium.
RSJ sebagai perlindungan bagi orang gila dan pengemis.
Tempat yang sangat mengerikan, sebab sebagian dari mereka dirantai di tempat tidur dan dibiarkan berbaring di tengah kotoran mereka, atau berkeliaran tanpa ada yang membantu.
Salah satu RSJ di London menyediakan tiket untuk menonton perilaku aneh dari penghuni RSJ. Mereka dapat menonton layaknya pertunjukan sirkus binatang.
6. Gerakan Reformasi dan Terapi Moral (akhir 18 – awal 19)
Pussin dan Pinel menyatakan bahwa orang-orang yang berperilaku abnormal menderita suatu penyakit dan seharusnya ditangani secara manusiawi.
Ada sebuah bangsal untuk memenjarakan “orang gila yang tak tersembuhkan”.
Pussin meyakini bahwa apabila mereka dirawat dengan kebaikan hati, maka mereka tidak perlu lagi untuk dirantai.
Kebanyakan dari mereka yang lebih mudah ditangani dan tenang ketika rantai mereka dilepaskan.
Melarang staf-stafnya berlaku kasar, memindahkan pasien dari ruang gelap bawah tanah ke ruangan yg berfentilasi dan cukup cahaya matahari.
Pinel juga meluangkan waktu berjam-jam untuk berbicara dengan mereka.
Terapi Moral, yakni memberikan penanganan yang manusiawi dalam lingkungan yang santai dan layak dapat mengembalikan fungsi yang normal.
Benjamin Rush, bapak psikiater Amerika. Rumah sakitnya menjadi yang pertama di AS yang menerima pasien dengan ganggua psikologis. Ia juga menyukai manfaat terapi okupasional, musik dan perjalanan.
7. Pertengahan abad 19
Keyakinan bahwa perilaku abnormal dapat disembuhkan kurang disukai, dan menganggap perilaku ini tidak dapat disembuhkan.
RS mental menjadi tempat yang sangat menakutkan.
Jaket pengikat, borgol, tali, tempat kurungan, digunakan untuk menangani pasien yang terlalu gembira dan membahayakan.
Pasien dibiarkan dalam bangsal yang minim sanitasi dan perawatan.
Pertengahan abad-20 banyak seruan untuk mereformasi sistem kesehatan mental.
8. Gerakan Mental Higine
Sistem pusat kesehatan mental yang berskala nasional (comuniti mental health center /CMHCs) menawarkan alternatif perawatan jangka panjang di institusi yang sangat menyedihkan.
Muncul sekelompok obat anti-psikotik yang dapat menekan simtom skhizofrenia, mengurangi kebutuhan rawat inap di RS, dan dapat hidup bebas di masyarakat.
Populasi menurus, RS mental ditutup, banyak pramuwisma yang terlantar, tidur di terminal dan stasiun, yang kebanyakan diantara mereka merupakan pasien mental yang dilepaskan.
9. The National Comite of Mental Hygine (1909), di AS bertujuan untuk:
Mengubah kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa penyakit mental tidak bisa disembuhkan, membawa cacat dan kutukan.
Mendorong pengenalan diri dan prevensi penyakit mental (prevensi primer). Prevensi sekunder : menemukan secara dini gejala penyakit. Prevensi tersier: upaya penyembuhan.
Menaikkan kondisi RS mental
o Perbaikan teknik penyembuhan
o Pemberian pekerjaan yang menarik
o Perbaikan perlakuan perawat
o Perubahan sikap dokter
10. Penyakit mental dianggap sebagai penyakit otak.
Belum ada klasifikasi gangguan mental karena belum ada RS khusus, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan observasi, pencatatan, sehingga studi mengenai hal ini menjadi terhambat.
Pencatatan pertama oleh Salpetire, yang membedakan gangguan menjadi mania, melankolia, dimensia dan idiot.
Pertengahan abad-19, Hipocrates menganggap penyakit mental adalah penyakit otak, sehingga faktor yang mendasarinya dilihat dari sistem sarafnya. Hipotesis Somatogenik : mencari penyebab gangguan pada badan.
Kraeplin, konsepnya mengenai aspek fisik penyebab penyakin mental lebih luas dari orang-orang sebelumnya. Menurutnya, selain kerusakan otak ada hal lain yang berpengaruh yakni gangguan metabolisme dan penyakit glandula endokrin.
Menurut kraeplin ada dua gangguan mental, yakni: Psikosis Manic Depresif dan Dimensia Praecox (skizofrenia).
*** Adib Asrori, M.Psi (Mlg, 070909)***