Apakah Blog yang Anda kunjungi saat ini cukup bermanfaat atau memberikan informasi baru bagi Anda?

W.E.L.C.O.M.E

Selamat datang... Semoga mendapatkan informasi atau suatu hal baru yang dapat memberikan pencerahan bagi kita semua.. Silahkan tinggalkan pesan atau komentar jika ada masukan atau hal yang dirasa kurang, guna kebaikan kami di masa datang.. Salam Hangat, Adib..

Searching for...

Jumat, 09 April 2010

A K U P U N K T U R

A K U P U N K T U R

 

 

 

Apa itu Akupunktur?

Akupunktur adalah sebuah teknik pengobatan Timur yang berdasar pada fenomena keseimbangan Yin dan Yang, dengan menggunakan media jarum. Teknik ini telah dilakukan lebih dari 5000 tahun yang lalu di daratan Tiongkok.

 

Bagaimana cara kerja jarum hingga dapat menyembuhkan penyakit?

Dasar pengobatan ini adalah keseimbangan Yin Yang dalam tubuh, maka ketika terjadi penyakit akibat adanya ketidakseimbangan Yin Yang dalam tubuh, sehingga perjalanan Ci’ (energi) tidak lancar. Jarum ditusukkan pada beberapa titik di tubuh yang bertujuan untuk melancarkan jalannya Ci’ agar fungsi tubuh menjadi normal kembali. Prinsip pengobatan akupunktur lebih menekankan pada pencegahan penyakit, juga mengobati pada penyebab penyakitnya.

 

Apakah sakit ditusuk jarum?

Ketika jarum masuk ke tubuh tidak akan terasa sakit, jika teknik penusukan dilakukan dengan benar. Jarum khusus untuk akupunktur sangatlah halus, lebih halus dari jarum suntik terkecil. Jarum suntik ada lubang di tengahnya, tetapi jarum akupunktur tanpa lubang sehingga lebih halus. Akan ada sensasi rasa tebal, ngilu, atau seperti kesemutan ketika jarum telah mengenai tepat pada titik akupunktur.

 

Apakah aman menggunakan jarum? Bagaimana dengan resiko tertularnya penyakit atau HIV/AIDS?

Setiap pasien akan mendapatkan jarum baru pada kunjungan pertama. Setalah dipakai, jarum akan disteril ulang dan dimasukkan ke dalam sebuah tabung kaca dan diberi label nama masing-masing pasien. Jarum tersebut akan digunakan lagi pada pasien yang sama, sebab jarum sekali pakai masih tajam dan dapat digunakan hingga 10-20 kali penusukan. Jarum akan diganti secara berkala setelah 20 kali pemakaian atau telah tumpul/ bengkok sebelum 20 kali pemakaian. Namun jika pasien ingin meminta jarum baru setiap kali kunjungan, bisa saja namun tentunya ada biaya tersendiri untuk jarum baru.

 

Bagaimana jika jarum patah atau tertinggal di kulit?

Pada awal penggunaan akupunktur memang menggunakan media batu tajam atau perunggu, yang beresiko terjadinya jarum patah. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, jarum yang digunakan pun mengalami perubahan. Jarum akupunktur yang digunakan saat ini terbuat dari bahan logam yang sangat halus dan lentur, sehingga dapat dipastikan jarum tidak akan patah. Tidak percaya? Cobalah patahkan saat anda datang ke tempat praktek akupunktur.  

 

Penyakit apa saja yang dapat disembuhkan dengan akupunktur?

Segala macam penyakit dapat disembuhkan dengan akupunktur, kecuali penyakit karena infeksi (misal : typus) atau karena kelainan anatomi (misal : patah tulang). Penyakit karena infeksi dapat dibantu dengan akupunktur untuk mengatasi keluhan, misalnya : mual, pusing atau demam pada penyakit typus. Juga pada kelainan anatomi seperti patah tulang, akupunktur dapat membantu untuk mempercepat proses penyambungan tulang setelah operasi. Beberapa jenis penyakit yang hasilnya memuaskan ketika diobati dengan media akupunktur antara lain:

*       Anemia

*       Amandel

*       Ambien (hemoroid)

*       ASI kurang lancar

*       Batu ginjal

*       Bayi sungsang (melintang)

*       Depresi

*       Diabetes

*       Diare, konstipasi (sembelit)

*       Ejakulasi dini

*       Enuresis (mengompol)

*       Gangguan reproduksi (lama tidak memiliki keturunan)

*       Haid tidak teratur/ nyeri haid

*       Hipertensi (darah tinggi)

*       Impotensi

*       Insomnia (gangguan tidur)

*       Kecantikan (mengurangi keriput, jerawat, mengencangkan payudara)

*       Kelumpuhan pasca stroke

*       Maag

*       Masuk angin

*       Mempercepat kelahiran yang macet

*       Mengurangi rokok

*       Menjaga stamina (daya tahan tubuh), khususnya bagi penderita hepatitis akut maupun kronis, atupun HIV/AIDS untuk membantu leukositisis (pembentukan sel darah putih) sehingga dapat membantu menjaga kestabilan jumlah CD4

*       Meningkatkan nafsu makan, atau menurunkan nafsu makan bagi yang ingin diet

*       Menurunkan kolesterol

*       Muntah-muntah

*       Obesitas (menurunkan berat badan)

*       Pegal-pegal, reumatik

*       Pilek kronis karena alergi

*       Radang tenggorokan

*       Rambut rontok/ kebotakan

*       Sakit kepala / migrain

*       Sariawan

*       Sesak nafas

*       Schizofrenia

*       Vertigo

*       Dan beberapa penyakit yang lain, selain penyakit karena infeksi.

 


Apakah akupunktur hanya diperuntukkan bagi orang sakit saja?

Tidak. Akupunktur bagi siapa saja yang ingin sehat dan tetap menjaga keseimbangan Yin Yang dalam tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Akupunktur dilakukan untuk menjaga stamina (daya tahan tubuh). Hanya saja mungkin bedanya pada durasinya. Jika sakit seminggu bisa 2-3 kali, namun bagi yang sehat cukup seminggu satu kali untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Prinsipnya hampir sama seperti minum multivitamin, hanya saja ini dengan media jarum.

 

Lalu bagaimana kita dapat mengetahui apakah pengobatan akupunktur yang kita jalani efektif atau tidak?

Seperti halnya mengkonsumsi obat dari dokter, terdapat dosis minimal termasuk waktu mengkonsumsinya (misal sehari 2-3x). Akupunktur juga demikian, tetapi di sini menggunakan seri. Satu seri terapi terdiri dari 12x pertemuan, seminggu 2-3x tergantung penyakit/ keluhan. Perhatikan, jika dalam setengah seri (6x pertemuan) keluhan tidak berkurang atau mungkin bertambah parah, berarti akupunktur tidak bekerja dengan maksimal. Ada dua kemungkinan, titik kurang tepat, atau karena penyakit yang tidak dapat diembuhkan dengan akupunktur saja mungkin butuh tambahan media lain seperti obat-obatan medis atau obat tradisional. Jadi bagi Anda yang ingin mencoba akupunktur, jangan merasa khawatir akan keluar biaya banyak tetapi tidak kunjung sembuh. Anda dapat segera mengevaluasi perkembangan Anda setelah 6x menjalani terapi.

 

Adakah efek samping berbahaya dari akupunktur?

Akupunktur adalah teknik pengobatan yang aman, sebab tidak memasukkan zat apapun ke dalam tubuh, kecuali menggunakan media jarum untuk merangsang beberapa titik di tubuh yang membantu menyembuhkan penyakit. Tidak ada efek samping berbahaya. Seburuk-buruknya dampak dari ketidakberhasilan akupunktur adalah penyakit tidak sembuh. Sangat jarang terjadi kasus dimana penyakit bertambah parah karena akupunktur.

 

Dimana bisa mendapatkan pengobatan Akupunktur?

Bagi yang ingin mencoba teknik akupunktur, Anda dapat mengunjungi Klinik Akupunktur yang ada di sekitar tempat tinggal Anda. Klinik Akupunktur yang resmi akan mencantumkan nomer izin praktek, sebab di dalamnya ada Akupunkturis yang telah mendapatkan pendidikan keahlian sebagai pengobat tradisional Cina (Traditional Chinese Medecine), atau Anda dapat mengunjungi tempat praktek kami :

 

Klinik Psikologi & Akupunktur

ADIB ASRORI, M.Psi., Psi., Akp

Villa Sengkaling XII Blok L-66 Malang

Praktek buka setiap hari Senin s/d Jum’at

Sore 17.00 – 20.00 (atau dengan perjanjian)

Telp. (0341) 460 458/ 29 00 992

 

Memadukan teknik penyembuhan fisik dan psikis, dengan akupunktur dan pendekatan psikologis, sebab kami adalah Psikolog & Akupunkturis yang siap memberikan pelayanan terbaik bagi kesehatan fisik dan psikis Anda.

 

Rabu, 31 Maret 2010

Bagaimana cara memahami aspek psikologis kita?

Saat kita membahas mengenai aspek psikologis pastilah kita akan dihadapkan pada suatu hal yang sangat abstrak, tidak jelas, luas atau mungkin membingungkan. Mengapa demikian? Sebab ketika kita membicarakan mengenai aspek psikologis pastilah kita tidak menemukan hal yang nampak jelas layaknya kita mengenali aspek-aspek fisik kita. Ketika kita merasakan pusing, mungkin kita akan segera mengetahui jika ada masalah pada kepala kita. Karena tahu letak sakitnya dimana, maka upaya yang kita lakukan untuk mengatasinya pastilah tepat. Obat sakit kepala kita pilih untuk membantu kita meredakan sakit kepala. Saat baru jatuh, kaki terluka, maka dengan jelas luka itu terlihat dan kita akan segera ambil alkohol untuk membersihkan luka dan membubuhkan obat untuk luka. Darah tidak keluar lagi, dan masalah kita saat itu teratasi. Lalu jika kita merasakan kondisi psikologis yang kurang nyaman, seperti marah, sedih, kecewa, tiba-tiba merasa tidak enak hati, apakah dengan mudah kita dapat menemukan penyebabnya?

Pada sebagian orang yang selalu terbuka mengenai kondisi emosionalnya akan dengan mudah mengenali problem psikologis atau kondisi psikologisnya saat itu. Sebab dengan keterbukaan, akan membuat ia belajar memilah, dan mengenali emosi atau kondisi psikologis seperti apa yang sedang ia alami saat itu. Inilah yang dinamakan proses atau perkembangan kepribadian seseorang. Lalu bagaimana dengan orang yang tertutup atau tidak pernah terbuka dengan kondisi emosionalnya, apakah hal ini akan menghambat perkembangannya? Hal ini serupa dengan orang yang tidak mengetahui letak sakit fisiknya dimana, maka ia akan mencoba berbagai macam obat untuk mengatasinya. Ada percobaan yang berhasil, ada pula yang gagal. Jika tidak mau gagal dalam mengobati, maka pergilah ke dokter. Begitu juga dengan dimensi psikologis kita. Jika tidak mau salah dalam memaknai atau mengenali kondisi psikologis kita, maka datanglah ke seorang psikolog untuk membantu kita mengenali aspek psikologis kita.

Sayangnya, tidak semua orang yang mau meluangkan waktunya untuk mengunjungi tempat praktek psikologi untuk hanya sekedar berbagi. Masalah keterbatasan waktu, tenaga, ataupun biaya terkadang menjadi beberapa alasan yang membuat seseorang enggan untuk mengunjungi tempat praktek psikologi. Termasuk masih adanya anggapan bahwa psikolog hanyalah untuk orang yang “gila” atau mengalami gangguan jiwa saja. Padahal ketika ada masalah yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari, seperti konflik dengan pasangan, anak, penyesuaian diri dengan perubahan lingkungan, pekerjaan, atau masalah-masalah ringan dalam kehidupan sehari-hari dapat kita share dengan psikolog. Selain membantu kita meluapkan emosi-emosi negatif yang sedang kita rasakan, mungkin kita juga akan mendapatkan insight akan pemecahan masalah kita.

Bagaimana bagi yang tidak mempunyai waktu mengunjungi tempat praktek psikologi? Berikut akan sedikit kita bahas mengenai dimensi psikologis kita. Aspek psikologis kita terdiri dari tiga hal, yakni Kognisi, Emosi, dan Perilaku. Ketiganya merupakan komponen utama yang sangat berpengaruh pada segala hal yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Berikut kita bahas satu-persatu mengenai aspek di atas.

1. Kognisi

Kognisi adalah suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan (Chaplin, 2004). Mudahnya kita mengartikan kognisi ini berkaitan dengan proses berfikir kita. Bagaimana kita memikirkan sesuatu hal yang terjadi dalam kehidupan kita, atau saat kita belajar, aspek kognisi kitalah yang bekerja saat itu.

2. Emosi

Emosi berkaitan dengan perasaan, yakni adanya pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah (Chaplin, 2004). Saat mencium bunga yang harum, adanya rasa senang. Saat melihat adegan sinetron yang menyedihkan, kita menangis. Pada kondisi di ataslah aspek emosi kita sedang bekerja.

3. Perilaku

Perilaku merujuk pada segala hal yang kita lakukan. Makan, minum, berjalan, memukul, jalan, berlari, dsb. Perilaku ini adalah hal yang nampak nyata dan mudah diamati oleh orang lain. Kita menilai teman kita pemarah, egois, pemalas, atau rajin, yang kita nilai adalah perilakunya yang nampak pada pengamatan kita.

Ketiga komponen di atas adalah aspek-aspek yang saling berpengaruh satu sama lain. Sebagai contoh ada dua orang mahasiswa yang sedang kuliah di kelas yang sama. Suatu ketika dosen mengumumkan bahwa minggu depan akan presentasi. Mahasiswa A sangat antusias mendengar berita ini. Dia sangat bersemangat untuk menunggu datangnya minggu depan. Mahasiswa B bereaksi sebaliknya. Dia sangat cemas, khawatir, dan enggan untuk menunggu datangnya minggu depan. Sama-sama mendapat stimulus yang sama, tetapi memiliki emosi yang berbeda pula. Akibatnya, perilaku mereka berdua juga berbeda. Si A datang lebih awal dan sangat bersemangat ketika saatnya presentasi tiba. Sedangkan si B memilih untuk tidak datang atau mungkin jika datang memilih tempat duduk paling belakang sendiri. Mengapa terjadi perbedaan, sebab sumber utamanya ternyata terletak pada pemikiran mereka berdua. Si A sangat antusias, sebab ia berfikir bahwa presentasi adalah ajang baginya untuk belajar berbicara di depan umum, mendapatkan masukan bagi kebaikannya, juga untuk menunjukkan kepintarannya. Sebaliknya, si B berfikir jika nanti saat presentasi ia gagal bagaimana, jika ada pertanyaan yang sulit dijawab bagaimana, jangan-jangan ia melakukan tindakan bodoh, juga beberapa pemikiran negatif lainnya.

Dari ilustrasi di atas nampaklah bahwa sumber utama dari semua hal yang terjadi adalah aspek kognisi kita. Jika kita mampu berfikir positif, maka emosi yang kita rasakan pasti positif dan tentunya perilaku yang muncul juga positif. sebaliknya, jika kita senantiasa berfikiran negatif, emosi yang kita rasakan pastilah negatif, dan tentunya perilaku yang muncul pun negatif. Lalu bagaimana mengatasi hal ini? Cobalah mengidentifikasikan dulu bentuk-bentuk emosi negatif yang terkadang mengganggu kita. Setelah itu kita coba cermati ulang, kira-kira apa yang kita fikirkan saat itu. Tabel di bawah ini mungkin dapat membantu kita mengenali aspek psikologis kita.

Situasi

Emosi (-)

Pemikiran (-)

Perilaku (-)

Konsekuensi (-)

Presentasi

Cemas, khawatir, takut.

Jangan-jangan nanti ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab.

Jangan-jangan ada yang menertawakan atau membicarakan saya di belakang.

Tidak masuk kuliah atau duduk di belakang.

Kehilangan kesempatan untuk belajar presentasi.

Presentasi tidak maksimal.

Suami pulang malam.

Marah.

Jangan-jangan dia baru pergi dengan cewek lain.

Memarahi suami, mendiamkan, tidak menyiapkan makan malam.

Hubungan dengan suami jadi tidak baik.

Ketika kita telah mampu mengidentifikasi beberapa emosi dan pemikiran negatif kita, kemudia kita coba cari alternatif pemikiran yang lebih positif untuk memperbaiki perilaku kita. Misalnya :

Situasi

Pemikiran (+)

Emosi (+)

Perilaku (+)

Konsekuensi (+)

Presentasi

Ini ajang bagi saya untuk belajar bicara di depan umum. Kesalahan itu wajar, toh kita masih belajar.

Tenang, percaya diri, antusias.

Tidak gugup saat presentasi. Datang lebih awal.

Presentasi lancar karena tidak cemas dan semua materi tersampaikan dengan baik.

Suami pulang malam.

Mungkin ada pekerjaan yang belum terselesaikan.

Tidak ada salahnya untuk mencoba percaya, toh misal dia bohong akan ketahuan juga nanti.

Tenang, tidak marah.

Dapat melayani suami dengan baik, menyiapkan makan, air untuk mandi.

Hubungan baik dengan suami tetap terjaga.

Mengetahui secara detail hal sebenarnya yang dilakukan suami, sebab jika saya tidak marah maka ia akan dapat bercerita dengan nyaman.

Hal di atas dapat kita terapkan dalam berbagai situasi di kehidupan kita, saat kita merasakan emosi-emosi negatif. Coba kenali emosi apa yang sedang kita rasakan, renungkan apa yang kita pikirkan saat itu hingga membuat emosi kita demikian, selanjutnya ubahlah ke dalam alternatif pemikiran yang lebih positif, maka perilaku kita akan menjadi positif pula. Belajar mengidentifikasi hal di atas dapat dengan menggunakan media tabel seperti di atas. Pada proses selanjutnya ketika kita sudah sering belajar dan terbiasa, maka secara otomatis ketika kita merasakan emosi negatif yang akan berdampak pada perilaku negatif, kita akan mampu menerapkan pemikiran yang lebih positif.

Memang tidak mudah untuk menerapkan hal di atas. Kita terbentuk seperti sekarang ini, tidak dalam sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tapi bertahun tahun. Oleh karenanya, pola perilaku yang telah terbentu sekian tahun tentunya tidak mudah kita ubah dalam waktu seminggu dua minggu. Butuh waktu untuk mampu mengubah perilaku kita. Kuncinya adalah keterbukaan. Semakin kita jujur dengan kondisi psikologis yang kita alami, maka proses kita untuk menuju perubahan pun semakin mudah. Jangan terlalu sering memendam masalah, sebab dengan ini justru akan menimbulkan masalah baru. Kita ibaratkan kondisi kita seperti sebuah gelas dengan tutup rapat yang hanya mampu dimasuki air, namun tak mampu mengeluarkan air yang sudah masuk. Kapasitas gelas ini hanya 200cc. Setiap hari air ini masuk setetes demi setetes. Tetesan air ini diibaratkan masalah yang setiap hari kita hadapi. Suatu ketika, karena gelas ini tidak mampu mengeluarkan air yang sudah masuk, maka saat kapasitasnya mencapai 200cc lama-lama akan meledak dan pecah. Begitu juga dengan kondisi psikologis kita. Jika semakin sering kita memendam masalah, maka lama-lama akan membuat daya tahan psikologis kita rendah. Hanya karena ditanya orang tua “kok pulang malam” sudah langsung marah besar, sebab ternyata sebelumnya tiap kali orang tua memarahinya ia hanya diam tanpa berusaha menjelaskan duduk perkara yang sesungguhnya.

Manifestasi masalah-masalah yang tidak terpecahkan atau selalu dipendam, dapat juga dalam bentuk keluhan fisik. Misalnya sakit kepala, hipertensi, maag, gatal-gatal, atau beberapa penyakit fisik lain. Guna mengatasi hal ini, maka jangan terlalu sering memendam masalah. Alirkan keluar masalan atau beban yang dirasakan. Ibarat gelas tertutup rapat tadi, semestinya ada sedikit lubang yang berfungsi untuk mengalirkan air keluar agar tidak sampai meledak. Kita pun juga demikian. Bagilah masalah, beban pikiran atau emosi negatif yang sedang kita rasakan, kepada siapa saja orang yang kita percaya dan membuat kita merasa aman. Terlepas dari apakah kita akan mendapatkan solusi atau tidak, minimal beban kita tersalurkan. Ketika beban sudah hilang maka solusi secara otomatis akan terfikirkan, sebab letak solusi dari semua masalah yang sedang kita hadapi ada pada diri kita sendiri. Semoga bermanfaat.

ALBERT BANDURA

ALBERT BANDURA

À Perhatiannya pada variabel yang dapat diamati, diukur dan dimanipulasi, serta menghindari apapun yang bersifat subjektif, mental dan tidak bisa diamati secara empirik.

À Lingkungan memang membentuk perilaku, tetapi perilaku juga membentuk lingkungan. Bandura menyebut konsep ini dengan determinisme resiprokal, yakni dunia dan perilaku seseorang itu saling mempengaruhi.

À Kepribadian sebagai interaksi dari tiga hal, yakni: lingkungan, perilaku, dan proses psikologi seseorang.

À Bandura mengeluarkan teori yang lebih efektif yang mempengaruhi perilaku manusia, yakni pembelajaran observasional (modelling) dan regulasi diri.

À Beberapa tahapan terjadinya proses modelling adalah:

1. Atensi (perhatian)

Jika kita ingin mempelajari sesuatu, maka kita harus memperhatikannya dengan seksama. Semakin banyak hal yang mengganggu perhatian kita, maka proses belajar akan semakin lambat. Segala hal yang mudah sekali menarik perhatian kita, maka hal tersebut akan mudah sekali untuk kita perhatikan. Misalnya: diantara puluhan balon putih, ada sebuah balon merah. Balon merah ini akan lebih menarik perhatian kita dibandingkan balon yang lain.

2. Retensi (ingatan)

Setelah memperhatikan sesuatu, maka seseorang akan menyimpan informasi atau hal yang diperhatikannya kedalam ingatan. Informasi yang dipertahankan (diingat), suatu ketika dapat kita “panggil kembali” hal yang kita simpan tadi dalam bentuk perilaku.

3. Reproduksi

Sebuah proses menerjemahkan hal atau informasi yang telah kita simpan ke dalam perilaku aktual. Untuk dapat memproduksi sebuah perilaku tertentu, sebelumnya kita harus pernah melakukan sesuatu perilaku itu sebelumnya. Misalnya, bermain ski. Meskipun kita menonton seharian lomba ski, namun kita tidak dapat memproduksi perilaku bermain ski seperti yang diperagakan sebab kita tidak dapat bermain ski. Namun jika kita sebelumnya telah terlatih bermain ski namun belum mahir, maka kita hanya dengan menonton permainan itu dapat mereproduksi gerakan permainan ski yang lebih bagus.

4. Motivasi

Segala hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sebuah perilaku tertentu. Kita tidak akan dapat melakukan apapun jika tidak ada motivasi dari dalam diri untuk meniru. Bandura menyebutkan beberapa motivasi:

a. Dorongan masa lalu, yakni dorongan-dorongan sebagaimana yang dimaksudkan kaum behavioris tradisonal.

b. Dorongan yang dijanjikan (insentif) yang bisa kita bayangkan.

c. Dorongan-dorongan yang kentara, seperti melihat atau teringat akan model-model yang patut ditiru.

À Regulasi diri adalah kemampuan mengontrol perilaku sendiri. Regulasi diri merupakan salah satu penggerak utama kepribadian manusia. Tiga tahap terjadinya regulasi diri adalah :

1. Pengamatan diri, bagaimana kita melihat diri dan perilaku kita secara detil dan cermat.

2. Penilaian, bagaimana kita membandingkan apa yang kita lihat pada diri kita dengan standar ukuran ideal. Misalnya kita membandingkan perilaku kita dengan standar norma perilaku daerah setempat, sehingga kita mendapatkan penilaian “sopan” dan “tidak sopan”.

3. Respon Diri, adalah bagaimana kita memberikan sebuah respon terhadap hal yang terjadi pada diri kita. Penghargaan dapat diberikan ketika kita melakukan hal yang positif, sebaliknya hukuman dapat kita ganjarkan pada diri kita ketika kita melakukan hal yang negatif.

À Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri ini adalah konsep diri. Konsep diri adalah bagaimana pandangan seseorang tentang dirinya. Apakah menganggap dirinya sosok yang berharga, atau sebagai sosok pribadi yang tidak berguna.

À Tiga hal yang akan muncul akibat penghukuman diri :

1. Kompensasi, yaitu kompleks superioritas, semisal berkhayal punya harga diri atau kehormatan yang sangat tinggi.

2. Ketidakaktifan, seperti sikap apatis (tidak peduli terhadap segala hal yang terjadi dengan lingkungannya), kebosanan, dan depresi.

3. Pelarian, beralih pada hal-hal yang negatif seperti narkoba, alkohol, atau mungkin bunuh diri.

À Saran Bandura untuk orang-orang yang memiliki konsep diri yang buruk sebagai akibat dari tidak berhasilnya proses regulasi diri, adalah:

§ Pengamatan diri, dengan mengenali kondisi diri yang sesungguhnya saat ini. Pastikan bahwa kita memperoleh gambaran yang tepat tentang siapa diri kita yang sesungguhnya.

§ Memperhatikan standar ukuran, dengan melihat seberapa besar kita meletakkan standar ukuran akan sebuah target atau nilai yang ingin kita capai. Jangan membuat standar ukuran yang terlalu tinggi, sedangkan kita tahu bahwa kita tidak akan mungkin mencapainya dengan kapasitas kita yang sekarang. Sebaliknya jangan pula membuat standar ukuran yang terlalu rendah dan tidak berarti apa-apa. Masing-masing orang mempunyai ukuran dan standar yang berbeda.

§ Memperhatikan respon diri, bentuk respon diri berupa imbalan lebih baik daripada hukuman. Jangan terlalu berkutat pada kegagalan-kegagalan yang kita alami, tetapi berfokuslan bagaimana kita dapat lebih menghargai diri kita sendiri.

À PSIKOPATOLOGIS

Terjadi ketika proses modeling salah. Misalnya seorang anak yang meniru perilaku takut ibunya ketika melihat kecoa. Semula si anak biasa saja ketika melihat kecoa. Namun si ibu tiap kali melihat kecoa selalu berteriak,ketakutan atau mungkin naik ke atas kursi. Si anak yang tidak mengetahui mengapa si ibu berprilaku demikian, tentunya secara tidak sadar akan meniru pola perilaku ibu ketika menghadapi kecoa.